Senin, 22 September 2014

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA oleh : Muhammad Manda Ripai



Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah telah menciptakan manusia dari berbagai macam suku,  bangsa dan negara. Tidak lain hanyalah untuk saling menghargai satu sama lain dengan cara saling menjaga satu sama lain dan hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari dalam artian tidak bertentangan dengan syari’at agama islam.
Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu toleransi umat beragama. Yaitu Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami”  adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam.Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing.Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka.Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup.  Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius.Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah.Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas pandangan Islam tentang toleransi. Ulasan ini dilakukan baik pada tingkat paradigma, doktrin, teori maupun praktik toleransi dalam kehidupan manusia.

Keterangan di atas merupakan penjelasan tentang apa dan bagaimana toleransi itu, namun terkadang sering timbul didalam fikiran kita, Mengapa kita harus bertoleransi dalam beragama? Pertanyaan yang sangat mendasar untuk membangun sikap tolerasansi antar umat beragama. Sekarang andai tiap agama tidak saling toleransi tentu akan timbul diskrimanasi kaum mayoritas terhadap minoritas. Kaum yang dianggap kecil akan ditindas baik secara fisik maupun non fisik. Kalau itu sampai terjadi terus-menerus banyak hal buruk akan terjadi seperti perang antar agama dan bahkan bisa memicu antar negara dan benua. Contoh saja pada perang salib . Tapi selain alasan diatas kita sendiri harus punya kesadaran bahwa tujuan kita beragama sendiri ialah bukan untuk menindas orang lain atau kaum tertentu. Yang menjadi lawan atau musuh tiap agama bukanlah umat beragama lain melainkan setan. Sadar atau tidak membunuh karena agama ialah berdosa.

Pernyataan tersebut sangatlah jelas dan tak perlu ada pertanyaan lain lagi bahwasanya tidak ada landasan untuk saling memusuhi apalagi memerangi agama lain selagi mereka tidak mengganggu agama kita.

Islam sebagai agama yg menjadi rahmat bagi seluruh alam mempunyai sikap-sikap atau etika dalam bertoleransi antar umat beragama karena Islam mengajarkan betapa pentingnya toleransi Nabi Muhammad mengajarkan islam sebagai agama kasih sayang dan menolak kekerasan yang dapat memicu konflik. Nabi juga melindungi minoritas dalam melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya.

KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur) pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah meminta tiga orang pendeta kristani yang datang dari Najran (Provinsi Timur di Arab Saudi) untuk beribadah menurut agama mereka di Masjid.Pernah juga diceritakan pada suatu hari ada orang Arab pedalaman kencing di Masjid Nabi di Madinah.Terang saja para sahabat geram dan ingin memukul orang itu.Namun, Rasulullah SAW mencegahnya dan kemudian menyuruh para sahabat kerja bakti menyiram dan membersihkan air seni laki-laki tak kenal sopan itu.

Kita bisa ketahui sebagaimana akhlak rasulullah sebagai suri tauladan kita yang patut kita contoh kepribadiannya. Berdasarkan cerita diatas Rasulullah tidak langsung bertindak keras kepada seorang non muslim yang melakukan kesalahan ketika  berada didalam Masjid, akan tetapi Rasulullah mencegah para sahabat yang ingin mumukul kepada orang tersebut dengan menggantinya yaitu dengan menyuruh sahabat untuk membersihkan air kencing laki-laki tersebut. Ini merupakan suatu akhlak yang patut dicontoh oleh kita semua bahwa islam mengajarkan kasih sayang, mengajarkan kebersihan. Inilah yang disebut dengan toleransi antar umat beragama dalam artian saling menghargai, menghormati antara satu sama lain dengan batasan tidak menyimpang dengan aqidah agama islam.

Tak hanya Rasulullah saja yang melakukan hal demikian, begitupula kemurahan hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia berhasil merebut kembali Yerussalem dari tentara Salib. Ketika Salahuddin tiba, ia menyaksikan pasukan salib sedang mengotori masjid dengan menyimpan babi didalamnya. Bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak membalas demdam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib dengan pengecualian segelintir individu yang memeng berperilaku sadis dan kejam.
Sekali lagi perbedaan atau pluralisme adalah anugrah terbesar dan terindah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Demikian pila dengan toleransi “Toleransi is the greatest gift of the mind” atau “Toleransi adalah anugrah dari pikiran yang luar biasa” (Hellen Keller).

Dan pemahaman yang terbuka terhadap yang lain itulah dikenal dengan istilah toleransi. “Toleransi itu berarti saya tidak akan membuang engkau keluar dari komunitas saya.Saya tidak akan berhenti berinteraksi dengan kamu sekalipun kamu berbeda, saya tidak akan melarang kamu untuk menjadikan tetangga saya” (John E. Esposito). Hal tersebut merupakan perincian terhadap agama islam bahwa islam bukan lah agama yang radikal, yang suka mendiskriminasi kepada golongan yang minoritas atau yang lemah.
Pentingnya kerukunan antar umat beragama, menurut Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri (Rektor UI Jakarta), modus hubungan antar manusia dibumi ini hanya ada dua: konflik dan harmon. Konflik dimotori oleh egoisme baik individu maupun kelompok yang berujung pada keengganan untuk berdialog. Dengan karakreristiknya yang egoisme maka perilaku ini akan mengerdilkan kemanusiaan sekaligus membuat kebudayaan menjadi statis. Individu atau kelompok menjadi satu sama lain sehingga tidak dapat melihat sisi manusiawi individu atau kelompok lain. Yang lain hanya akan dicap sebagai musuh yang harus diwaspadai dan apanila perlu dihancurkan. Sedangkan Harmoni sebaliknya, bekerja dengan relasi resiprokal antar individu atau kelompok berbasis toleransi, kepercayaan dan harga diri.
Toleransi dan kerukunan antar unat beragama bagaikan 2 sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi atau sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan.Keduanya menyangkut hubungan antar sesama manusia. Jika Tri kerukunan (antar umat beragama, intern umat seagama dan umat beragama dengan pemerintah) terbangun serta diaplikasikan pada hidup dan kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antar umat beragama atau jika toleransi antar umat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan masyarakat yang rukun satu sama lain.
Dengan demikian, Toleransi dalam Islam adalah otentik.Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada.Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda. menentukan nasib saya!!