“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir”(Qs. Al-'A`raf[7]:176)
“Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya” (Ir Soekarno)
Mempelajari sejarah kemerdekaan. Seringkali diabaikan orang-orang. Menjadi
hal yang lumrah jika sebagian pelajar di Indonesia sepertinya tidak suka bahkan
membenci pelajaran sejarah. Padahal, dengan belajar sejarah kita dapat lebih
bersyukur, bersyukur dapat menghirup napas merdeka, bersyukur atas segala
limpahan rezeki yang berada di tanah indonesia yang merupakan hasil perjuangan
dari para pahlawan.
Kehidupan Indonesia yang makmur nan sejahtera ini. Apakah
kemakmuran ini datang dengan sendirinya? Apakah kesejahteraan ini datang tanpa
ada pengorbanan? Tidak. Bangsa Indonesia mereka dahulu tak mendapatkan
kemakmuran seperti sekarang. Tak mendapatkan jatah duduk santai di tiap waktu
senggang. Tak dapat menikmati seteguk manis kehidupan. Apa yang para pejuang
kita lakukan? Mereka berperang, saling tembak dan saling tempur. Semua
pengorbanan mereka hanya ada satu tujuan,yakni, kemerdekaan.
Jika kita bandingkan dengan realitas kehidupan masa kini.Sudah
cukupkah kita menghargainya?
Sekadar belajar mengingatnya pun, masih dengan kebosanan, dengan
ketidakseriusan. Seperti enggan belajar tentang sebuah perjuangan. Sebagai faktanya.
Pendidikan sejarah yang dimana di sanalah bekal para pelajar untuk mengetahui
sejarahnya pun seperti tak diminati, meski tak secara gamblang mereka
menyebutkannya. Salah satunya adalah Passing Grade SNMPTN,yang
menjadikan pogram pendidikan sejarah menjadi urutan di bagian akhir, meski
tidak mencapai paling akhir, begitu pun dengan mata pelajaran sejarah di
sekolah menengah. Mata pelajaran sejarah seperti di pinggirkan oleh pihak
sekolah yang seolah-olah mendukung para siswa untuk tidak belajar sejarah,
dengan jam pelajaran yang hanya 45 menit[1],
dengan uluran waktu 15 menit kerena kesibukan guru yang bersangkutan, belum lagi 15 menit setelah masuk dipakai
untuk mengabsen dan memperlengkap administrasi kelas terlebih dahulu. Alhasil,
belajar sejarah hanya sekitar 15 menit, itupun jika guru yang bersangkutan
tidak menyelipkan bahan tertawaan yang menghabiskan waktu 5 – 10 menit untuk mempersilahkan siswa-siswanya
tertawa.
Belajar sejarah itu dapat membuat kita sadar akan segala sikap,
tingkah laku dan segala seluk beluk di kehidupan kita.
Kisah kartini yang mempejuangkan martabat wanita, yang ingin
membela kaumnya, yang tak mau kaum wanita di rendahkan. Tapi, realita sekarang,
sifat mereka tidak sama sekali meniru kartini, meski ada beberapa orang yang
menirunya, itupun karena faktor budaya yang harus memaksa meraka meniru
kartini. Wanita pada masa kini selalu dirinyalah yang ingin diperlakukan manja,
meski ada sebagian wanita yang bekerja keras, namun, mereka seperti menindas
kaum laki-laki yang sebagai penjaga mereka. Tak lupa pula perjuangan Imam
Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan yang memperjuangkan islam tetap berada di muka bumi
Indonesia, dengan Nahdhotul Ulama dan Muhammadiyah, mereka tetap berjuang
mempertahankan ajaran agama Islam. Tetapi umat islam seperti enggan dan tak mau
berdakwah tentang budaya islam. Berharga sekali, di Indonesia terdapat banyak
pondok pesantren yang mencoba untuk mengajarkan islam di muka bumi Indonesia,
sangat disayangkan jika pesantren di Indonesia punah. Tentang pemuda indonesia
yang merupakan tonggak perjuangan nasional Indonesia, para pemuda jaman dahulu,
mereka mengadakan kongres pemuda yang di pimpin oleh Sugondo Joyopuspito, dalam
kongres tersebut mereka mencetuskan dan berikrar dengan sebuah sumpah yang sekarang
lebih dikenal dengan “soempah pemoeda”. dalam
sumpah itu mereka berjanji atas pengakuan mereka terhadap indonesia, mengaku bangsa
Indonesia dan merka melakukan demikian adalah demi Indonesia. Dan cerminan
pemuda sekarang, bagaimana dengan mereka? Jangankan berjuang, mengaku warga
Indonesia saja, mereka masih enggan membanggakannya, memakai bahasanya pun
mereka seperti tak mau lagi, mereka lebih bangga jika lidah mereka berbicara
memakai bahasa selain bahasa Indonesia, dengan dalih modernisasi, globalisasi,
dan entah apalagi yang mereka jadikan alasan agar mereka tidak memakai bahasa
Indonesia. Sulit memang, jika kita harus berjuang kembali demi merebutkan
kemerdekaan. Jangankan rakyat yang masih beradadi strata terendah, pemimpin
saja yang tugasnya menjaga Indonesia, mereka seperti tidak mencerminkan sifat
keindonesiaannya.
Dalam Al-Qur’an banyak di ceritakan tentang sejarah,banyak juga dalam
potongan ayat Allah swt memerintahkan agar Nabi Muhammad saw menceritakan
kisah-kisah sejarah itu, salah satu perintah Allah swt adalah dalam kutipan
ayat diatas,tujuannya adalah agar manusia berfikir, bertafakur dan mengambil
pelajaran dari kisah-kisah itu. Dalam artian, Allah swt memerintah kepada Nabi
demikian, karena Allah Ingin hambanya tidak sekali-kali melupakan sebuah kisah
yang telah lalu, agar di jadikan sebuah pelajaran bagi yang mempelajarinya. Begitu pun sejarah kemerdekaan Indonesia, Ir Soekarno
mengatakan “JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Lupakan Sejarah)”, beliau sebagai
presiden Indonesia yang pertama sekaligus tokoh proklamator yang sering di
kenang, menggagas demikian karena ia tahu pasti akan ada bangsa Indonesia yang
akan melupakan sejarah kemerdekaan.
Cukuplah sudah hanya para pejuang yang merasakan berperang demi
bela bangsa. Bangsa ini hanya di tuntut untuk menghargai, menghargai dengan
belajar mengingatnya kembali, dan dengan meniru sifat pejuangnya, begitu pun
kita harus mensyukuri apa yang telah dihasilkan dari keringat perjuangan mereka.
Karena, bukan fisik yang kita hadapi. Tapi, pikiran yang akan kita perangi.
Dengan demikian, jangan ada anggapan bahwa belajar sejarah itu
membosankan. Karena, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengharagai
sejarahnya.
Tunggu apalagi. Ayo! Kita belajar lagi sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda. menentukan nasib saya!!