Perbedaan
utama manusia dengan hewan terletak pada kemampuan manusia untuk mengambil
jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran hewan dipenuhi oleh kebutuhan
yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek yang diinginkannya atau
membuang benda yang menghalanginya. Dengan demikian sering kita melihat seekor
monyet yang menjangkau secara sia-sia benda yang dia inginkan sedangkan manusia
yang paling primitif pun telah tahu mempergunakan bandringan, laso, atau
melempar dengan batu. Manusia sering disebut sebagai Homo Faber makhluk
yang membuat alat; dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan oleh
pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan tersebut juga memerlukan alat-alat.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut secara
baik diperlukan sarana berfikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan
dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana
berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini
maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana
berfikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi
tersendiri. Artinya, kita mempelajari sarana berfikir ilmiah ini seperti
mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua
hal. Pertama, sarana berfikir ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian
bahwa sarana ilmiah ini merupakan kumpulan pengetahuan yang diadapatkan berdasarkan
metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan mempelajari lmu dimaksudkan
untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan
permasalahan sehari-hari.
Untuk
dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah dimana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat berkomunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu
merupakan gabungan antara berfikir deduktif dan berfikir induktif. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berfikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif. Proses pengujian dalam
kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada
hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis
yang diajukan. Kemampuan berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah penguasaan
itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut
dalam keseluruhan proses berfikir ilmiah tersebut.
Bahasa
Keunikan
manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berfikirnya melainkan
terletak pada kemampuannya berbahasa. Dalam hal ini Ernst Cassirer menyebut
manusia sebagai Animal symbolicum, makhluk yang menggunakan symbol, yang
secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo sapiens yakni
makhluk yang berfikir, sebab dalam kegiatan berfikirnya manusia mempergunakan
symbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berfikir secara
sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa
dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakkan
bunyi sebagai alat berkomunikasi. Sebenarnya kita berkomunikasi dengan
mempergunakan alat-alat lain, umpamanya saja dengan dengan memakai berbagai
isyarat.
Dengan
adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata
dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan binatang maka
manusia mencoba mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi kepada
manusia simbolik. Demikian juga hidup dalam dunia fisik yang kejam dan sukar
diramaikan maka manusia bangkit dan melawannya. Manusia lalu mengembangkan
pengetahuan untuk menguasainya; tanah diolahnya, belantara ditebangnya, air dan
iklim dikuasai dan dimanfaatkannya. Lewat pengetahuan ini maka manusia menjadi
penguasa dunia.
Statistika
Peluang
yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang dikenal
dalam pemikiran Yunani kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun, bukan dalam lingkup teori peluang.
Ilmu
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenaranya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana
konsekuensinya dapat di uji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun
dengan mempergunakkan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Pengujian
secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kalau kita telaah lebih
dalam maka pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan
dangan hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu didukung oleh
fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan
kebenarannya. Sebaliknya, jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan
maka hipotesis itu ditolak.
Penarikan
kesimpulan induktif pada hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara
deduktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik adalah benar
sekiranya premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur pearikan
kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meski pun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah
maka kesimpulan itu belum tentu benar. Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda. menentukan nasib saya!!